Temen-temen udah ada yang kangen sama hari Idul
Adha lagi belum? Idul Adha adalah salah satu hari perayaan besar bagi umat
muslim di seluruh dunia. Perayaan hari raya Idul Adha identik dengan melaksanakan
haji di Mekkah serta berkurban, yaitu menyembelih hewan ternak yang kemudian
dibagikan ke golongan yang membutuhkan. Perayaan Idul Adha ini bikin
kebersamaan antarwarga makin terjalin, loh! Tapi kamu tahu nggak, di beberapa
daerah di Indonesia nggak cuma itu cara merayakan hari Idul Adha. Mau tau
tradisinya kayak gimana? Yuk simak tradisi-tradisi unik masyarakat indonesia
merayakan Idul Adha berikut ini!
Gamelan Sekaten di Surakarta
Masyarakat di Surakarta merayakan Idul Adha
dengan mempertunjukkan kesenian yang namanya Gamelan Sekaten. Gamelan ini asal
mulanya adalah gamelan peninggalan Kerajaan Mataram loh! Gamelan Sekatan terdiri
dari dua perangkat, yaitu Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Guntur Sari.
Setelah melaksanakan shalat Idul Adha berjamaah, masayarakat akan menyaksikan
pertunjukkan gamelan ini, nih. Unikya, masyarakat setempat menyaksikan
pertunjukkan ini sembari menguyah kinang, dengan harapan dapat membuat umur
panjang dan mereka dapat terus menyaksikan pertunjukan ini setiap tahunnya.
Penuh makna!
Apitan di Semarang
Apa sih tradisi Apitan itu? Tradisi Apitan adalah
tradisi berupa bentuk syukur warga terhadap hasil bumi yang telah dilimpahkan
oleh Allah SWT. Asal mula nama tradisi Apitan berasal dari adanya bulan yang
diapit oleh bulan Syawal dan bulan Zulhijjah. Dalam tradisi ini warga akan
mengarak hasil tani yang telah dipanen. Masyarakat yang ikut serta dalam
tradisi apitan bisa mengambil hasil tani yang menjadi arakan, loh! Tradisi ini
juga diwarnai dengan aksi kuda lumping dari kelompok kesenian Turonggo Seto. Seru
banget, kan? Nggak cuma bisa berbagi, kita juga jadi terhibur dan menikmati
kebersamaan!
Manten Sapi di Pasuruan
Tradisi Idul Adha yang tak kalah unik
lainnya ada di daerah Pasuruan yang disebut tradisi Manten Sapi. Tradisi ini
dimaknai sebagai penghormatan terhadap hewan yang akan dikurbankan. Yang unik
dari perayaan ini hewan kurban dimandikan dan dihias dengan cantik layaknya
pengantin, loh, makanya disebut Manten Sapi! Si hewan juga dikalungkan kembang
tujuh rupa dan dibalut dengan kain kafan, sorban dan sajadah. Hewan kurban yang
telah dihias lalu diarak hingga ke masjid untuk dikurbankan esok harinya.
Mepe Kasur di Banyuwangi
Di daerah Banyuwangi ada juga nih tradisi
unik Idul Adha, namanya Mepe Kasur atau Menjemur Kasur. Sesuai namanya,
masyarakat Banyuwangi khususnya suku Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah,
Banyuwangi akan menjemur kasur dari pagi hingga siang hari. Semua kasur yang
dijemur memiliki warna yang sama, yaitu warna hitam yang melambangkan
kelanggengan dan warna merah yang melambangkan keberanian. Makna dari tradisi
ini yaitu untuk menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Tradisi
unik ini ternyata memiliki makna yang mendalam!
Accera Kalompoang di Gowa
Accera Kalompoang adalah tradisi sakral
menyambut Idul Adha yang dilakukan masyarakat Gowa, Sulawesi Selatan. Sehari
sebelum Idul Adha dan pada hari Idul Adha sendiri masyarakat Gowa akan mencuci
benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa. Tradisi ini diselenggarakan
di Istana Raja Gowa atau Rumah Adat Balla Lompoa. Tradisi ini juga penuh makna
loh, yaitu untuk menjaga keharmonisan dan menyatukan keluarga kerajaan dan
pemerintah.
Grebeg Gunungan di Yogyakarta
Masyarakat Yogyakarta memiliki tradisi
untuk merayakan hari raya Idul Adha yang disebut Grebeg Gunungan atau Kirab
Gunungan. Tradisi ini mirip dengan tradisi Apitan di Semarang, nih, di mana
masyarakat akan mengarak hasil tani yang disusun dalam bentuk gunungan yang
diadakan oleh Keraton Yogyakarta. Hasil tani terdiri dari 7 buah gunungan yang disusun
di 3 tempat berbeda, yaitu halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo
Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan serta Puro. Hasil tani akan diarak dari halaman
Keraton sampai Masjid Gede Kauman. Masyarakat Yogyakarta yang mengikuti
arak-arakan diperbolehkan mengambil hasil tani tersebut. Konon masyarakat
setempat mempercayai bahwa siapa yang berhasil mengambil hasil tani dari gunungan
akan mendapat rezeki yang melimpah. Hmm, bener nggak ya?
Komentar
Posting Komentar